Ringkasan Materi Kajian Hari Selasa, 5 Mei 2015
Pemateri : Ust. Jumadil Muhammad
Pengantar Risalah
Abstraksi: Risalah ini ditulis oleh Imam syahid Hasan Al-Banna pada tahun 1936. Berintikan hakikat dakwah Ikhwan, karakter dan tujuan. Sebagaimana risalah ini berisi penjelasan tentang permasalahan umat masa kini dan terapi yang ditawarkan Ikhwan. Di samping terdapat pesan-pesan da’awi dan tarbawi untuk para kader Ikhwan, agar tetap tegar di jalan Dakwah ilallah. Risalah ini diterbitkan setelah tersebarnya dakwah di banyak desa dan kota. Para anggota Ikhwan meminta Imam Syahid menulis risalah yang menjelaskan tatacara mendakwahi manusia dan menerangkan prinsip-prinsip dakwah. Risalah ini adalah RISALAH KETIGA sesuai dengan susunan risalah, dan merupakan RISALAH PERTAMA yang sampai kepada kita dari risalah Imam Al-Banna. Sebelumnya sudah terbit dua risalah yang masing-masing dinamai RISALAH AL-MURSYID.
Risalah ini pertama terbit di majalah mingguan Al-Ikhwan Al-Muslimun dalam bentuk makalah berseri yang berjumlah 9 makalah Makalah pertama pada 26 Muharram 1353 H (11 Mei 1934) dan Makalah terakhir pada 21 Rabiul Awwal 1353 H (3 Agustus 1934).Kemudian penyebaran kembali risalah yang utuh pada kesempatan lain di majalah An-Nadzir edisi 42 Tahun 2 pada 30 Syawal 1358 H. Ada ringkasan dalam banyak paragraf dan sebagian tambahan ringan.
Dalam penulisan risalah ini disandarkan pada terbitan pertama yang disertai isyarat penambahan atau pengurangan antara terbitan pertama di Mingguan Al-Ikhwan Al-Muslimun dengan terbitan kedua di An-Nadzir. Sesuai dengan analisis kami, risalah terbitan An-Nadzir yang menjadi sandaran kitab-kitab Rasail yang beredar di hadapan kita, memiliki kesalahan dalam susunan makalah-makalah Imam Al-Banna. Makalah ke-7, 8, dan 9 mendahului makalah ke-6. Risalah ini juga pernah diterbitkan kembali oleh Markaz Am dalam buku kecil yang berisi tiga risalah pertama: Dakwatuna – Ilaa ayyi Syai’in Nad’un Naas – Nahwan Nur.
Dakwah Ikhwan, Dakwah Islamiyah
Dakwah
Ikhwan adalah dakwah Islamiyah murni; Dasar perjuangannya, inti dakwahnya, cara
dan sarananya tidak lepas dari norma dan nilai-nilai Islam, karena Ikhwan yakin
benar, bahwa Islam adalah agama yang menghantarkan umat manusia kepada
kesejahteraan, ketenteraman dan kebahagiaan hidup.
Islamiyah
Dakwah Ikhwah dapat dicermati dari beberapa indikasi sebagai berikut :
Ikhwan
menjadikan Alquran sebagai tolak ukur dan sumber kejelasan langkah Dakwah
Ikhwan yang meliputi metode dan sarana yang digunakan. Alquran sebagai tolak
ukur dan sumber pergerakan, karena Alquran bak “lautan dari mana kita meraup
mutiara kecemerlangan dan referensi kepada mana kita menentukan hukum. Alquran
adalah kitab sempurna yang padanya Allah memadukan dasar-dasar kepercayaan,
kaidah-kaidah perbaikan sosial, prinsip-prinsip umum hukum keduniaan, serta
sederet perintah dan larangan”.
Ikhwan
yakin seyakin-yakinnya, bahwa Allah adalah tempat bersandar, hanya Allah
sebagai pelindung orang-orang beriman, Dia sebagai penolong orang-orang yang
berbuat kebaikan, Pembela orang-orang tertindas, yang diperangi di negeri
mereka sendiri bahkan diusir dari negeri mereka. Baca dan renungkanlah
ayat-ayat berikut :
اللَّهُ
وَلِيُّ الَّذِينَ ءَامَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ
وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ
الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُولَئِكَ
أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Sesungguhnya
Allah adalah Pelindung orang-orang beriman. (QS. Al-Baqarah: 257)
وَلَيَنْصُرَنَّ
اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
Sesungguhnya Allah niscaya akan menolong
orang yang menolong agama-Nya. (QS. 22:40)
قَالَ
رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلَامٌ وَقَدْ بَلَغَنِيَ الْكِبَرُ وَامْرَأَتِي
عَاقِرٌ قَالَ كَذَلِكَ اللَّهُ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ
Allah
adalah Pelindung orang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju
cahaya. (QS. Ali Imran: 25)
بَلِ
اللَّهُ مَوْلَاكُمْ وَهُوَ خَيْرُ النَّاصِرِينَ
Tetapi
ikutilah Allah pelindungmu, Dialah sebaik-baik Pelindung. (QS. Ali Imran: 150)
إِنَّمَا
وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ
ءَامَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ
رَاكِعُونَ
Sesungguhnya
penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan
orang-orang mukmin yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka
tunduk (kepada Allah) (QS. 5: 54 )
قُلْ
لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا وَعَلَى اللَّهِ
فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
Katakanlah:
tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi
kami. Dialah pelindung kami. Dan hanyalah kepada Allah orang-orang mukmin harus
bertawakkal. (QS. At-Taubah: 51)
وَلِلَّهِ
الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا
يَعْلَمُونَ
Bagi
Allahlah al-Izzah (kekuatan yang agung) dan bagi Rasul-Nya serta bagi
orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik tidak mengetahuinya. (QS.
Al-Munafiqun: 8)
Keyakinan
tersebut manakala tertancap pada diri setiap kita, niscaya akan mengangkat jiwa
kita menuju ketinggian, meniupkan semangat kebangkitan bersama semua orang yang
senantiasa berbuat dan berkarya di jalan Allah, untuk menghantarkan kita
menjadi Robbani, di mana hubungan kita dengan Allah terus terpaut dan selalu
kepada-Nya kita menisbatkan nasab,
وَلَكِنْ
كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ
تَدْرُسُونَ
Akan
tetapi dia berkata: Hendaklah kamu menjadi orang-orang Rabbani, karena kamu
selalu mengajarkan al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (QS. Ali
Imran: 79)
Keyakinan
tersebut juga akan melahirkan sikap optimis, bahwa keberhasilan dari Allah akan
datang. Setiap akh beraktivitas tanpa rasa takut kepada siapa pun selain
kepada-Nya. “(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka
ada orang-orang yang mengatakan: Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian, maka takutlah
kalian dari mereka. Maka perkataan itu menambah keimanan mereka seraya mereka
berkata: Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik
Pelindung” Ali Imran: 173.
Ikhwan
memandang, bahwa kebangsaan kita adalah nasab universal. Dengan menisbatkan
nasab (berafiliasi) kepada Allah, berarti matinya fanatisme kesukuan yang telah
banyak mewariskan mala petaka. Dengan akidah seperti ini Ikhwan hidup dan rela
mati karenanya. Dan hanya di sana
mereka menemukan segala impian jiwa mereka akan kesenangan, kebahagiaan dan
kebenaran serta keindahan.
أَلَمْ
يَأْنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا
نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ
فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
Belumkah
datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka
mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka) dan
janganlah mereka seperti orang-orang sebelumnya telah diturunkan al-Kitab
kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka
menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.
(QS. Al-Hadid: 16).
Penggolongan Manusia Berdasarkan Tujuan Hidupnya Menurut Kisah Alqur-an :
1. Manusia Dengan Tujuan Hidup Yang Baik.
Ciri-ciri manusia seperti ini adalah :
- Menunjuki manusia ke jalan yang benar
- Membimbing manusia semuanya kepada kebajikan
- Menerangi alam semuanya dengan matahari Islam
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا
رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (٧٧) وَجَاهِدُوا فِي
اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ
مِنْ حَرَجٍ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ
قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا
شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ فَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا
بِاللَّهِ هُوَ مَوْلاكُمْ فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ (٧٨
"Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu, dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama. (Ikutilah) agama nenek moyangmu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kamu orang-orang muslim sejak dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, agar Rasul (Muhammad) itu menjadi saksi atas dirimu dan agar kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. Maka laksanakanlah shalat (selalu), tunaikanlah zakat, dan berpegang teguhlah kepada Allah. Dialah Pelindungmu; Dia sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.
Berdasarkan ayat-ayat diatas, maka seorang muslim diberikan MANDAT oleh Allah swt, berupa :
1). Tugas Individu, berupa :
Ruku’ dan sujud kepada Allah semata
Ruku’ dan sujud kepada Allah merupakan inti ibadah, tiang agama islam, dan simbol islam yang paling menonjol.
Beribadah kepada Allah semata
Mengerjakan kebajikan
2). Tugas Sosial, berupa :
Jihad dijalan Allah swt. Apa di balik perintah Jihad ? Allah telah memilih orang-orang mukmin untuk menjadi pemimpin (huwajtabaakum) bagi seluruh umat manusia, sebagai penjaga ajaran-Nya, khalifah di muka bumi dan sebagai pewaris dakwah para Rasul-Nya. Karena itu hendaknya mereka menjadi satu barisan, satu kekuatan dan menjadi pasukan pembebas yang akan menyelamatkan mereka ke jalan yang lurus.
Jihad dilakukan oleh seorang muslim bertujuan untuk menyebarkan dakwah Islam, mempertahankan tempat-tempat suci Islam, penunaian kewajiban kepada Allah SWT.
Jihad memerlukan modal besar, yaitu jiwa yang beriman, hati yang sehat, serta pengorbanan harta dan potensi yang dimiliki. Jihad memerlukan kekuatan jiwa yang dahsyat yang tercermin dari :
- Tekad yang membaja
- Kesetiaan yang kokoh
- Pengorbanan yang besar
- Pengenalan, keyakinan, dan penghormatan terhadap fikrah.
Jadi, misi hidup setiap muslim sebagaimana dipersepsikan Ikhwan adalah mengabdikan diri hanya kepada Allah dengan sikap ruku, sujud, melakukan amal kebajikan terhadap sesama, bermujahadah secara ikhlas serta berjihad di jalan Allah swt secara sungguh-sungguh, dengan cara menyebarkan dakwah Islam kepada segenap umat manusia, jika mereka menolak dakwah dan bersikap tiran serta melakukan kezhaliman, maka pedanglah bagi mereka. “Kalau manusia menolak hujjah dan bersikap tiran, perang lebih baik bagi dunia dari kedamaian”; karena Jihad merupakan kekuatan untuk membela kebenaran. “Kekuatan adalah jalan yang paling aman untuk memunculkan kebenarann. Sungguh suatu keindahan yang sempurna bila suatu saat kekuatan bisa berjalan beriringan dengan kebenaran”. Firman Allah :
انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالًا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (QS. At-Taubah: 41).
2. Manusia Yang Hidup Dengan Melakukan Pengrusakan di Muka Bumi
Yang termasuk manusia golongan ini adalah :
1). Manusia Yang Menjadikan Pemenuhanan Pangan dan Kesenangan sebagai tujuan Hidup. Allah swt berfirman dalam Q.S Muhammad ayat 12 : "Dan orang-orang yang kafir menikmati kesenangan (di dunia), dan mereka makan seperti hewan makan; dan (kelak) nerakalah tempat tinggal bagi mereka."
2). Manausia Yang Menjadikan Perhiasan dan Harta Benda Sebagai Tujuan Hidup. Hal ini digambarkan Allah swt dalam Q.S Ali-Imran ayat 14 : "Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak[186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)."
3).Manusia Yang Menjadikan Penyebaran Fitnah, Kejahatan, dan Kerusakan sebagai tujuan hidupnya. Mereka melakukan pembenaran-pembenaran logika untuk melegalkan tindakan mereka. Misal ada pejabat yang melegalkan lokalisasi dengan alasan untuk melakukan penertiban. Allah swt berfirman dalam Q.S Al-Baqarah ayat 204-205 : "Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.
Demikian beberapa indikasi
penting yang memberikan makna, bahwa dakwah Ikhwan adalah dakwah Islamiyah,
tujuan, langkah-langkah dan cara tidak menyimpang dari ajaran dan nilai-nilai
Islam sebagaimana diturunkan Allah swt untuk umat manusia.
Karenanya, setiap kader Ikhwan,
hendaknya senantiasa melakukan introspeksi diri agar langkah-langkah
kehidupannya dan kerja-kerja dakwah sesuai dengan al-Islam, yang akan membawanya
kepada keridhaan Allah swt.
Wallahu A'lam Bish Shawwab....
NB :
- Materi ini ditambahkan sedikit dari apa yang disampaikan muwajjih yang disesuaikan dengan referensi materi.
- Materi pertama ini tidak ada dokumentasi Audionya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar